Sabtu, 22 Desember 2012

Anis


Ngantri Inspektur Sinjay
                Selamat lapar badokers...lapar-lapar jelas tetap selamat. Badhokers kangen sama saya? Kalo jawaban anda Ya, anda cukup mengirim sms dengan format ketik reg(spasi)Ya dan kirim ke nomor saya (0857 7580 0857). Dan bila jawaban anda Tidak, cukup berhenti membaca tulisan saya.
          Dret-dret-dret-dret...hape saya getar, sebentar ya saya lihat dulu. Waw ternyata dari para badhokers. Ternyata kalian kangen berat sama saya. Ok. Saya akan tulis cerita perjalanan kuliner saya. 
          Badhokers pernah pergi ke Pulau Madura? Kalau belum pernah datanglah segera, mumpung harga tol Suramadu belum naik. Nanti kalau sudah naik bingung anda. Badhokers ternyata Jembatan Suramadu itu panjang lho...mangkanya orang-orang yang lewat jembatan itu cepet-cepet banget...
          Kemarin Minggu tanggal berapa ya...saya lupa, wes pokok.e hari Minggu lah. Hari Minggu itu saya lagi nganggur di rumah. Trus tiba-tiba ibu saya memangil saya dari kejauhan 30 cm. “ Anis ayok jalan-jalan”. Trus saya tanpa berpikir panjang dan serius seperti orang yang mau ujian nasional masuk ptn atau ujian skipsi. Saya bilang “ Ayok”.
          Saya tanya sama ibu saya “ Bu kita mau kemana”. Ibu saya bilang “ Ah kamu ini tanya aja kayak polisi yang lagi nilang. Udah jalan aja ntar ibu kasih tau”. Saya jawab “ Baik bu”. Tak lama kemudian kami sampai dalam antrian panjang yang tidak beraturan. Waktu itu kami kebetulan (eh enggak deng, sengaja) naik motor. Ternyata itu antrian untuk membayar tol Jembatan Suramadu.
          Ketika saya sedang menyebrangi jembatan itu saya tiba-tiba langsung menghayal tentang keadaan Pulau Madura. Dalam bayangan saya, Madura itu panas dan sepi. Namun ketika saya sampai di Pulau Madura..bayangan saya langsung hilang. Dan bayang saya tentang Madura yang panas dan sepi itu salah. Ternyata Pulau Madura lebih panas dan lebih sepi dari yang saya bayangkan....T_T...ini lebih dari hot potato-potato, padahal waktu masih menunjukan pukul 10.30 wib.
          Dan yang membuat saya lebih menderita...saya lupa tidak memakai sarung tangan...haduh...rasanya seperti dibakar di bara api yang masih menempel di obor bekas obor olimpiade... Rasa haus dan lapar langsung mengisi hasrat saya. Rasa haus dan lapar saya meraung-raung seperti suara pertunjukan motor gila yang biasanya ada di pasar malem yang jarang pengunjung gara-gara harga tiket yang sangat murah. Kenapa nggak ada pengunjung ya..padahalkan tiket masuknya g mahal...mungkin kalah sama pertunjukan dangdut yang gratis kali ya...apalagi penyanyinya goyangnya erotis...eh ngapain nge-bahas ini ya...kan kita lagi bahas makanan...
          Trus karena saya tidak tahan dengan kondisi perut saya yang semakin lama semakin menjadi-jadi raungannya...akhirnya kami memutuskan untuk mencari tempat makan. Diperjalan mencari makan saya terheran-heran saat melihat banyak mobil yang di parkirkan dipinggir jalan. Awalnya saya mengira itu adalah mobil para tamu undangan pernikahan. Tapi setelah saya telusuri dan selidiki seperti detektive conan, saya menemukan ternyata mobil-mobil itu adalah milik pelanggan sebuah rumah makan yang menyediakan menu kesukaan saya. Bebek.
          Saya rem sepeda motor saya dengan perlahan supaya ibu saya tidak njungkir dan menepi di parkiran motor bukan mobil. Begitu saya dan ibu saya masuk kerumah makan itu....waw antrian sudah memanjang seperti ulat daun. Lho ulat daun kan pendek...Ternyata hari itu saya lagi beruntung..kata salah satu pengunjung,”Mbak jam segini antrinya masih seperti ulat daun, tapi nanti setengah jam lagi, pas jam makan siang, wih antrinya kayak antri tanda tangan Inspektur Sinjay...puanjang mbak.....”. wah orang ini mungkin suka nonton india tapi agak sedikit amnesia. Masak inspektur sinjay dibawa-bawa...padahal kan yang bener Inspektur Vijay
          Ternyata benar badhokers setelah stengah jam antrian bertambanh panjang . Untung saya sudah dapat bon dan tempat duduk. Oh ya perlu anda tau ini badhokers... saya ini ternyata lagi makan di rumah makan yang terkenal se-Surabaya Madura. Namanya Bebek Goreng Istimewa Sinjay. Lokasinya da di Jalan Raya Ketengan no. 45 Bangkalan Madura. Di sini cara ordernya kita ngantri dulu, trus ntar di kasih bon yang ada nomernya. Lah nanti anda tinggal duduk dan pelayan akan mengabil bon anda sesuai urutan yang anda dapat. Mudah kan...tapi anda harus sabar....ok?
          Tenang..rasa sabar anda akan terbayar lunas tanpa cicilan saat anda merasakan kedahsyatan bebek goreng ini. Bebek goreng ini awalnya terlihat biasa saja...tapi klo di cium baunya....hem...rasanya seperti melayang di udara di temani naga-naga yang baik hati dan suka memberi. Itu baru mencium baunya, belum menggigit bebeknya. Daging bebek yang empuk itu kalu di gigit kayak menggigit awan mendung yang juicy dan tiduran di atas tumpukan bulu-bulu domba yang habis dicukur pakai cukuran listrik. Ehm...pokok.o enak...
          Harganya cukup terjangkau kok... Tapi harga bebek goreng yang di makan langsung di sana dan di bawa pulang berbeda. Badhokers...saya punya tips untuk anda bila anda ingin mencicipi bebek goreng ini. 1. Jangan datang waktu jam makan siang. 2. Anda jangan datang bila anda sedang terburu-buru. 3. Trus lokasi bebek inikan cuman ada di Madura, jadi jangan lupa memakai sarung tangan untuk yang mengendarai motor. 4. Isi penuh dulu tangki bbm kendaraan anda, karena di sana pom bensin jarang...ntar klo berhenti di tengan jalan karena bensin habis kan nggak lucu tapi sedih... Sudah sekian dulu tips dari saya, ntar tambah banyak tambah nggak karu-karuan....
          Oh ya satu lagi...jangan kesana kalau nggak punya uang, kecuali kalau di traktir... tetap semangat ya badhokers supaya bisa baca tulisan saya lagi...dah badhokers.....  
                 

Naskah Gigih

Hujan di Akhir Tahun
oleh Gigih Sadewo
Seorang Mahasiswa membawa secarik kertas yang basah dan payung seperti kehujanan masuk panggung. Mondar-mandir tak tahu hendak kemana lalu diam.
Laki-laki dengan kemeja, celana pendek dan sepatu duduk di kursi merapal pekerjaan. Laki-laki lain berdiri sambil menghitung uang.
PENSIL:
Ngecat pagar besok lusa, hari ini ngganti plafon, hari jumat bikin saptick tank, sorenya ngitung beton, ngaspal jalan tiga hari lagi…
PENGGARIS:
Sil, Pensil… Sudah aku bilang dari dulu kan. Coba kamu nurut, nggak bakalan begini jadinya. Sekarang kamu sendiri kan yang repot?
PENSIL:
Ah, kamu bisanya menyalahkan saja. Dari dulu cuma ngomong, ngitung duitnya saja. Yang kerja aku…
PENGGARIS:
Lho lho lho, saya ini kan manager. Siapa lagi coba yang ngurusi adminstrasi, tender, dan segala sesuatunya itu kalau bukan Penggaris? Wong kamu ngomong sama SPG aja nggak berani.
PENSIL:
Eitt!! Ini nggak ada hubungannya sama SPG lho! Beda urusannya. Lagi pula waktu itu kan bukan aku yang memecahkan kacanya.
PENGGARIS:
Oh iya, besok sore harus sudah beres itu! Gimana jendela-jendelanya, sudah kamu buat semua kan?
PENSIL:
Waduh iya, kayunya aja belum ada, gimana ini ris? Nyesel juga aku kemarin nolak tawaran Penghapus. Aduh..aduh… gimana ini? Padahal bulan ini harus selesai semuanya.
PENGGARIS:
Hmm, Penghapus! Satu-satunya solusi ya nunggu Penghapus, cuma dia yang bisa menyelesaikan segala sesuatu dalam waktu singkat. Telpon, telpon dia!
PENSIL:
Oke, (mengeluarkan ponsel dari sakunya). Halo? Halo Penghapus? Kamu dimana ini kok kemresek?... Ha, di jalan, mau kesini?... oke oke,… apa? tugas terakhir?... ya, bawa kesini aja, ayo diselesaikan bareng-bareng… oke! Kamu kesini naik apa?... Lho? Kok diam aja? Pus, Penghapus? Woi! Lha mati, o… pulsaku habis ris.
PENGGARIS:
Gimana gimana? Sudah bilang, ada tugas yang harus dia kerjakan?
PENSIL:
Walah! Lupa aku ris, waduh gimana ya? Tapi katanya mau kesini.
PENGGARIS:
Ya sudah, kita tunggu saja. Beruntung kita punya dia, Cuma dia yang bisa diandalkan…. Selain aku! Hahaha
PENSIL:
Lha aku? Berarti pupuk bawang?
PENGGARIS:
Ahahaha
Seorang laki-laki dengan pakaian lusuh datang membawa beberapa cat dan kuas.
PENGHAPUS:
Selamat sore teman-teman! Sebetulnya saya mau kesini sejak pagi tadi, tapi hujan. Ini tadi tinggal gerimisnya saya terjang saja. Hehehe
PENSIL:
Selamat sore! Wah wah duduk sini dulu, kamu pasti capek (sambil memijat pundak Penghapus). Kamu memang yang paling serius diantara kita!
PENGGARIS:
Paling Hebat!
PENSIL:
Tampan!
PENGGARIS:
Dermawan…
PENGHAPUS:
Tunggu tunggu, ini pasti ada apa-apanya…
PENSIL:
Hehehe… begini pus, Penggaris mau ngomong…
PENGGARIS:
Hm… seperti biasa pus, akhir bulan temanmu ini punya banyak pekerjaan yang belum beres. Kamu kan yang paling professional, hehe minta tolong ya?
PENGHAPUS:
Pekerjaan yang mana itu?
PENSIL:
Masang keramik?
PENGHAPUS:
Sudah…
PENSIL:
Ngecor kolom?
PENGHAPUS:
Beres…
PENSIL:
Lha kalau jendela, sudah juga?
PENGHAPUS:
Sudah dipasang malahan…
PENGGARIS:
Lho gimana? Kita kan belum beli kayu? Kok bisa sudah selesai?
PENGHAPUS:
Bekisting kolom kemarin itu kan juga kayu…
PENSIL:
Engselnya sudah ada juga berarti?
PENGHAPUS:
Pake karet ban sama saja…
PENGGARIS:
Lho kok koyok kombong pitik ngono rek?
PENGHAPUS:
Ya begitu itu kalau mau cepat. Cepet kok kepingin bagus?
PENGGARIS:
Berarti keramik, plafon, pagar, listplank? Semuanya itu…
PENGHAPUS:
Ya diakalilah ris… Kalau mau sesuai aturan ya harus dikerjakan dari kemarin-kemarin.
PENSIL:
Betul itu! Kamu memang hebat!
PENGGARIS:
Betul gundulmu! Ini semua gara-gara kamu suka nunda-nunda pekerjaan.
PENGHAPUS:
Sudah sudah, ndak usah dipikir dan jangan dipermasalahkan! Ada tugas terakhir yang harus kita selesaikan. Ini waktunya coret-coret, hepi-hepi. Lho, hujannya reda juga kan? Ayo, kamu suka warna apa?
PENSIL:
Aku yang ini saja, merah lambang semangat, simbol keberanian. Hehe
PENGGARIS:
Aku yang hijau! Lambang kesuburan, kemakmuran hahaha.
PENGHAPUS:
Berarti aku yang kuning, lambang apa ini?
SEMUA:
Hahahahahahahahahahaha….
PENSIL:
Aku kepingin tahun depan dapat jodoh, aku gambar perempuan seksi!
PENGGARIS:
Kamu itu punya apa kok kepingin dapet perempuan? Kamu harus punya mobil mewah, rumah megah, dan semua yang wah.
PENSIL:
O.. yaya (menggambar).
PENGGARIS:
Kalau aku kepingin tahun depan kita nggak kelaparan, aku gambar makanan yang banyak. Asiik!
PENSIL:
Berarti harus ada minumannya (menggambar minuman). Anggur… hahahaha
PENGGARIS:
Hei! Pus, kok melongo aja dari tadi? Kamu nggak nggambar?
PENSIL:
Ya, nggak ada warna kuningnya nggak asik. Ayo pus!
PENGHAPUS:
Kalau urusan nggambar, aku nggak bisa cepet-cepetan. Ini masa depan, harus dipikirkan matang-matang. Emm, aku gambar jam saja. Biar kita bisa menyelesaikan semuanya tepat waktu.
PENGGARIS:
Wah bagus itu! Setuju aku!
Mereka bertiga menggambar sambil tertawa-tawa. Seorang Mahasiswa di panggung, melihat kelangit dan menutup payungnya.
MAHASISWA:
Wah sudah reda!
Sebuah tulisan, Aku temukan dia di becek…
Butir-butir uap musim kemarau
Menghitam dan bergesekan
Langit kehabisan nafas
Sekarang waktunya
Kita tak bisa pergi
Banjir dapat kita sisir
Hujan dapat kita hentikan
Tiga kilat akan tamat
Di tangan kita
Musim semi pun terbit
Pelangi yang mengantarnya
Mahasiswa pergi melanjutkan perjalanannya.
Gg_Pelat(22.12.12)

Selasa, 27 November 2012

Resensi Tegar

Mice Cartoon
Obladi oblada Life goes on…
Tegar Sadewo
Anda pasti tahu Mice Cartoon, kan? Kartun yang rutin menyelipkan senyum di pipi kita setiap minggu. Yup, kartun KOMPAS minggu yang sangat jeli melihat fenomena sosial di sekitar kita itu kini dirangkum dalam buku bertajuk Obladi oblada Life goes on.
Buku ini berisi 70-an lebih kartun Mice pilihan dari tahun 2010 sampai 2012. Melalui kartun-kartunnya Muhammad Mice Misrad banyak bercerita tentang keluarganya, kota dan berbagai permasalahannya, gaya hidup, sampai fenomena sosial politik negeri ini. Yang menarik adalah bagaimana penggemar The Beatles ini menyampaikannya melalui komedi ringan yang dekat dengan masyarakat. Walaupun pada beberapa bagian terasa sedikit memaksa dan monoton, namun Mice tetap bisa menyampaikan gagasannya dengan cerdas pada bagian lain.
Kumpulan kartun ini dibagi dalam 9 bagian dengan kesamaan tema, bukan berdasar tanggal muat di KOMPAS. Sebagaimana kita tahu dahulu Mice berduet dengan Benny di KOMPAS minggu, nah di bagian pertama “The End”, Mice menceritakan tentang perpisahan itu. Bagian ini hanya terdiri dari dua halaman kartun yang menceritakan kegalauan dan rasa bersalah Mice atas perpisahan itu, tidak ada unsur komedi di dalamnya. Di halaman 40, kartun  ‘terasa kekurangan panel’. Walaupun cukup menjelaskan, menurut saya dialog Mice di panel terakhir perlu didahului dialog yang mendukung. Sehingga tidak terasa ‘terburu-buru lucu’. Halaman mulai berwarna di bagian lima “Just Like Starting Over”, namun saya hanya menjumpai potongan kartun di bagian ini.
Beberapa bagian terasa memaksa. Halaman 27 bercerita tentang banjir. Di rumah Mice, air masuk seperut, sedang di rumah Pak Dillah hanya sepaha. Ternyata Pak Dillah jangkung dengan paha setinggi perut orang normal. Hal tersebut dirasa cukup ekstrim dan terkesan memaksa, namun dari segi komedi cukup bagus. Banyak pula bagian-bagian dengan lelucon yang diulang-ulang. Di halaman 45 misalnya, dimana Mice dan temannya menirukan apa yang dilakukan orang-orang di sekitarnya dengan hal aneh yang hampir mirip. Hal serupa juga ditemukan di bagian lain, namun dengan penyelesaian cerita yang berbeda.
Mendekati halaman terakhir buku, terdapat halaman-halaman yang terkesan monoton. Seperti halaman 97 yang merupakan pelesetan dari istilah sahur on the street yang diulang pada halaman-halaman setelahnya. Hal itu dapat melemahkan buku ini, sebab di akhir buku seharusnya terletak halaman-halaman kartun yang kuat. Sehingga berkesan baik pada pembaca. Kekurangan juga ditemukan dalam penulisan daftar isi, nomor halaman di daftar isi tertulis 7 halaman sebelumnya. Namun itu tidak begitu berarti, sebab penikmat komik/kartun jarang melihat daftar isi.
Walaupun ada beberapa kekurangan, kumpulan kartun yang diselingi sketsa-sketsa pensil Mice Cartoon dan lirik lagu The Beatles ini masih menarik untuk disimak. Apalagi Mice Cartoon adalah kartun yang paling populer saat ini, tentu apa yang tersampaikan di dalamnya sedikit banyak punya pengaruh di masyarakat. Seperti pandangan Mice terhadap gaya hidup remaja masa kini, ibukota yang sesak, fenomena dunia hiburan, tingkah laku orang-orang “besar”, sampai hal kecil seperti bahasa inggris untuk balita. Ampuhnya kartun sebagai media berpendapat, terasa sekali dalam buku ini. Tentu saja itu dapat meningkatkan minat masyarakat pada kartun, dan akan memunculkan kartunis-kartunis berbakat di masa yang akan datang.
Banyak komedi-komedi cerdas dalam buku ini, seperti kartun di halaman 16 tentang apa perlunya bahasa inggris untuk balita? Kejadian-kejadian kecil sehari-hari yang menarik namun kadang luput dari perhatian kita disampaikan dengan baik pula di beberapa halaman. Yang menonjol dari kartun surat kabar biasanya adalah kritik dan sindiran-sindiran. Dalam kartun-kartunnya Mice membuatnya menjadi kuat dan mengena. Di halaman 82 misalnya, tentang kampanye politik yang dianggapnya reality show stand up comedy.
Akhirnya, buku ini diakhiri potongan lirik lagu “The End”nya The Beatles: “And in the end, the love you take is equal to the love you make”. Bersiaplah! Lewat buku ini anda akan diajak melihat dunia melalui kacamata kotak Mice. Obladi oblada Life goes on…(teg)

Puisi Gigih

Tentang Ikan
Ikan-ikan di jantung kali
Ikan-ikan yang ku cari
Ikan-ikan, tali dan hati
Ikan-ikan hilang atau mati                                
Ikan-ikan boleh pergi,
tapi cinta tak hendak mati
Gg_Pelat(28.09.12)

Puisi Gigih


Pagi biru
Pagi tetap matahari
biru terbentang,
ada cinta di embunnya
Gg_Pelat(13.11.12)